Sukses

Menolak Membunuh, Bocah Ini Dilempar dari Jembatan

Bocah 12 tahun malah dilempar setelah menolak membunuh seorang sopir bus.

Liputan6.com, Guatemala Membunuh atau dibunuh. Pilihan berat yang harus dihadapi bocah berusia 12 tahun di Guatemala. 

Dilansir dari mirror.co.uk, Kamis (9/7/2015), seorang anak bernama Angel Ariel Escalante Perez meregang nyawa setelah menolak membunuh orang yang tak dikenalnya.

Kisah tragis itu bermula saat Ariel tengah pulang dari sekolah menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ia disergap oleh sekelompok penjahat. 

Mereka kemudian memberikan Ariel pistol dan menyuruhnya untuk menembak seorang sopir bus. 

Ariel yang kebetulan ayahnya juga bekerja sebagai sopir bus, tidak tega melakukannya dan rela mati daripada harus melaksanakan perintah penjahat tersebut.

Para penjahat itu kemudian memberi pilihan untuk Ariel, yaitu dibunuh dengan cara dipenggal atau dilempar dari jembatan dengan ketinggian 135 meter.

Bocah pemberani itu akhirnya memilih dilempar dari jembatan, dan para pelaku kejahatan itu melemparnya dari Jembatan Incenso di Guatemala City, salah satu jembatan terpanjang di Amerika Tengah.

Incienso Bridge di Guatemala City, tempat Ariel dilempar.

Meskipun terlempar dari ketinggian 135 meter, Ariel masih bertahan karena tumpukan daun yang berada di bawah jembatan. Namun di saat bersamaan, tumpukan daun itu menutupi dirinya selama 72 hari, sementara sang ayah panik mencarinya.

Pada akhirnya, ayah Ariel yang bernama Luis Escalante berhasil menemukannya dan segera membawanya ke rumah sakit. Selama 15 hari petugas medis berupaya menyelamatkannya, tetapi pada akhirnya nyawa bocah malang itu tidak berhasil diselamatkan karena luka parah yang dideritanya.

proses penyelematan Ariel, anak yang dilempar dari jembatan Incienso.

Dokter mengatakan, "Jika anak ini ditemukan lebih cepat, kemungkinan besar ia masih bisa diselamatkan. Namun sayang, ia ditemukan dalam kondisi yang sangat lemah."

peti mati Ariel, anak yang dilempar dari jembatan Incienso

Menurut aktivis HAM setempat yang juga menangani kasus ini, peristiwa semacam ini menjadi sebuah fenomena mengerikan yang semakin sering terjadi di wilayah tersebut. Para penjahat memanfaatkan anak-anak agar mereka dapat lolos dari jeratan hukum. (Dsu/heidy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.