Sukses

ISIS Hancurkan 2 Kuil Bersejarah di Suriah

Penghancuran kuil tersebut dilakukan dengan cara diledakan.

Liputan6.com, Damaskus - Kelompok militan ISIS kembali menebar teror. Setelah menguasai kota kuno Palmyra, mereka mulai merusak kota bersejarah tersebut.

2 kuil kuno yang berumur ribuan tahun itu dihancurkan kelompok tersebut dengan cara diledakan. Penghancuran ini sudah diprediksi sebelumnya oleh Kelompok Pemantau HAM Suriah. Hanya saja mereka tidak dapat memastikan apakah ranjau yang ditanam ISIS di sekitar 2 kuil itu sengaja ditujukkan untuk menghancurkan bangunan atau punya maksud lain.

"Pekan ini geriliawan (ISIS) menanam sejumlah ranjau di Palmyra tetapi kami belum tahu jelas apa tujuannya," sebut keterangan resmi Kelompok Pemantau HAM Suriah seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/6/2015).

"Mereka bisa saja menyiapkan (ranjau) itu meledakan situs bangunan atau mencegah pasukan pemerintah mendekat ke wilayah yang mereka kuasai itu," lanjut pernyataan resmi itu.

Hancurnya 2 kuil bersejarah di Suriah tersebut sangat disayangkan Pemerintah setempat. Sebab, kuil-kuil di Palmyra merupakan peninggalan zaman pra-sejarah yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.

"Yang kami lihat di setiap daerah yang mereka kuasai dan terdapat makam, barang kuno mereka menganggap itu sebagai sebuah tindakan asusila dan bentuk penyembahan terhadap berhala," jelas Kepala Departemen Bangunan dan Barang Antik Suriah, Abdul Maamoun Abdulkarim.

Pemerintah Suriah sebenarnya tidak tinggal diam melihat banyak barang pra-sejarah yang dihancurkan. Beberapa saat sebelum ISIS menguasai Palmyra sejumlah patung serta barang antik lain telah dipindahkan ke tempat lebih aman.

Kota Palmyra merupakan kota penting dalam sejarah Timur Tengah. Sejak awal abad pertama hingga ketiga Masehi, kota ini berkembang di bawah pemerintahan Romawi, sampai kemudian membentuk kekaisaran sendiri yang terbentang dari Turki hingga Mesir.

Palmyra dianggap menjadi pencapaian penting dalam peradaban kuno Timur Tengah, karena dibangun berbeda dengan gaya kota kekaisaran Romawi lainnya.

Seperti Venesia, kota ini menjadi pangkalan bagi jaringan perdagangan. Hanya saja, laut di Palmyra adalah padang pasir, dan kapal di sana adalah unta.

Hanya sebagian kecil dari situs kota ini yang telah digali. Sebagian besar peninggalan arkeologi masih terbenam di bawah tanah, dan terlalu rapuh untuk digali.

Jika kota ini dihancurkan oleh ISIS, sebuah bab penting mengenai sejarah Timur Tengah akan hilang oleh konflik yang tragis ini. (Ger/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.