Sukses

Myanmar Enggan Disalahkan Masalah Pengungsi Rohingya

Myanmar malah menyalahkan negara tetangganya, karena tidak mau menerima pengungsi Rohingya.

Liputan6.com, Naypyitaw - Sepekan ini sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia kedatangan ribuan pengungsi Rohingya dari Myanmar. Masuknya etnis rohingya tersebut turut mendatangkan masalah baru.

Negara seperti Malaysia dan Thailand secara tegas menolak menampung pengungsi Rohingya. Sementara pengungsi yang berada di Tanah Air, beberapa dari mereka dilaporkan terserang penyakit.

Munculnya persoalan itu, membuat Organisasi HAM dan Migran internasional naik pitam. Mereka menyalahkan Pemeirntah Myanmar atas terjadinya krisis ini.

Sejumlah badan internasional pun mendesak agar Myanmar turut serta dalam perundingan masalah Rohingya. Pembahasan tingkat internasional ini rencananya dihelat pada akhir bulan Mei tahun ini di Thailand.

Mendengar negaranya disebut sebagai penyebab krisis Pemerintah Myanmar segera angkat bicara. Mereka menolak untuk disalahkan atas masalah Rohingya ini.

"Kami tidak mengacuhkan masalah imigran, Tetapi para pemimpin kami akan memustukan untuk datang dalam pertemuan (di Thailand), tergantung apa yang akan dibicarakan di sana," ucap Kepala Staf Kepresidenan Myanmar, Mayor Zaw Htay, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (17/5/2015).

"Kami tidak bisa menerima tuduhan bahwa Myanmar adalah sumber dari masalah ini," sambung dia.

Tidak hanya itu, selain tidak mau disalahkan, Myanmar malah menyalahkan negara tetangganya, karena tidak mau menerima pengungsi Rohingya.

"Dari sudut pandang kemanusian, sangat sedih melihat orang-orang (Rohingya) ini dipaksa keluar menuju ke lautan," ucap Zaw.

Penolakan negara-negara Asia Tenggara terhadap ribuan orang dari etnis Rohingya ini mendapat sorotan Lembaga HAM dunia. Mereka mengatakan negara-negara Asia Tenggara telah menjadikan warga Rohingya 'bola pingpong'.

Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.

Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.

Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar meski telah tinggal beberapa generasi di negara yang dulunya bernama Burma tersebut. Praktis, mereka sulit mendapatkan pekerjaan, sekolah ataupun jaminan kesehatan. (Ger/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini