Sukses

Cerita Keluarga yang Hanya Makan Daging Sapi Selama 17 Tahun

Semua berawal ketika Joe Anderson mencoba diet tinggi protein pertengahan tahun 1990-an lalu. Ini dia kisahnya.

Liputan6.com, Florida - Hampir semua ahli gizi menyarankan, diet seimbang merupakan esensi panjang umur dan hidup sehat.

Namun, keluarga Anderson merupakan bukti bahwa teori itu tidak berlaku untuk semua orang. Selama dua dekade, pasangan suami-istri Anderson mengkonsumsi nihil karbohidrat, namun tetap sehat.

Semua berawal ketika Joe Anderson mencoba diet tinggi protein pertengahan tahun 1990-an lalu. Kemudian, istrinya, Charlene didiagnosis dengan penyakit Lyme tahun 1998.

Penyakit Lyme (Lyme disease) adalah salah satu jenis penyakit menular pada manusia dan hewan dengan perantara (vektor) berupa kutu.

Satu-satunya makanan yang bisa dikonsumsi sang istri tanpa efek samping adalah daging merah.

"Tak diduga, daging merah berlemak yang paling dilarang oleh komunitas kesehatan, justru menjadi makanan yang memberinya kesehatan," tutur Joe bercerita dalam interview di sebuah situs diet nol karbohidrat terkenal, seperti yang dilansir dari laman odditycentral.com, yang dimuat Rabu (13/5/2015).

Joe dan Charlene kemudian membaca buku-buku terkait konsumsi daging merah. Mereka mencoba memahami mengapa pola makan 'ekstrem' itu cocok untuk mereka. Akhirnya, mereka pun setuju untuk hanya mengkonsumsi daging sapi.

Di awal-awal perubahan pola makan, Joe mengaku mereka masih mengkonsumsi makanan yang bukan daging, seperti telur, keju, dan whey. Selain itu, mereka makan juga memakan berbagai jenis daging dari ikan, babi, ayam, dan domba.

Namun, mereka tak merasakan efek mencolok seperti saat mengonsumsi daging sapi.

Menurut Joe, bahkan telur dan susu membuat matanya bengkak, mengakibatkan sakit kepala dan hidung mampet. Mereka juga berhenti mengkonsumsi organ dalam hewan karena di pagi hari mereka akan merasa tak enak badan.

Joe-Charlene bersama kedua anak mereka, Charlie dan George memutuskan makan besar satu kali setiap malam dengan menu daging, terutama rib-eye. Mereka membeli daging yang tidak dipotong dengan ekstra lemak, sehingga tak perlu menambahkan lemak saat memasak.

Joe makan 1 sampai 1,5 kg daging, sedangkan Charlene dan anak-anak mereka makan hanya setengah sampai 1 kg. Mereka makan sekenyang mungkin.

"Awalnya, kami vegetarian. Kami dulu penganut religius, sampai kami menyadari bahwa kami merasa lebih baik saat makan daging. Selamat tinggal daging bebas lemak, selamat tinggal kram kaki di tengah malam, selamat tinggal malam-malam gelisah," kelakar Joe.

Joe juga menambahkan mereka tidak minum minuman lain selain air putih, dan bahkan tidak menggarami makanan karena mengakibatkan wajah membengkak. Tidak juga bumbu-bumbu lain atau suplemen.

Hanya daging sapi yang ada di daftar belanjaan mereka. Walaupun bahan makanan mereka itu terbilang mahal. Tagihan belanjaan mereka berkisar $1000 sampai $1750 atau sekitar Rp 13 hingga Rp 23 juta.

Anak-anak keluarga Anderson pun beradaptasi dengan baik dengan diet ini. Keduanya sudah makan daging sejak bisa makan makanan padat. Namun, jika mereka menunjukkan minat terhadap makanan lain, kedua orangtuanya pun tidak menghalangi.

Di usia 4 tahun, Charlie dan George ada dalam fase ingin tahu terhadap makanan lain. Mereka akan mencoba beberapa jenis makanan, namun tidak begitu antusias. Biasanya mereka mencoba sesuatu, namun merasa tak tertarik setelahnya.

"Coba saja hanya makan daging selama 4-5 tahun, lalu makan sepotong kue," ungkap Joe.

Menurutnya, dari semua makanan yang pernah mereka coba, buah-buahan merupakan yang paling berdampak buruk, di mana membuat emosi mereka tak terkontrol.

Selain pola makannya, kedua anak laki-laki mereka dibesarkan secara berbeda. Mereka tidak sekolah biasa, melainkan mengikuti berbagai variasi kelas. Seperti kelas sejarah di museum, kelas sains di perpustakaan, kelas balet, seni, kerajinan, dan olahraga.

"Charlie dan George juga tak pernah mengaku diganggu anak-anak lain karena pilihan makanan mereka." ucap Joe mengakhiri ceritanya. (Ikr/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.