Sukses

Peneliti 'Prediksi' Gempa Dahsyat Nepal

"Kemungkinan akan mengalami gempa besar lagi ke arah barat dan timur, dari lokasi gempa yang sekarang dalam puluhan tahun ke depan."

Liputan6.com, Kathmandu - Nepal diguncang gempa dahsyat pada Sabtu 25 April 2015, sejauh ini sudah 1.910 orang dilaporkan meregang nyawa dalam musibah tersebut. Ahli geologi menyebut lindu itu memiliki pola yang sama dengan dua guncangan besar lebih dari 700 tahun lalu, hasil efek domino tekanan pergeseran patahan.

"Para peneliti menemukan kemungkinan keberadaan pengaruh ganda, beberapa minggu terakhir saat melakukan penelitian lapangan di kawasan itu," ujar salah satu ilmuwan seperti dikutip dari BBC, Senin (27/4/2015).

Laurent Bollinger dari lembaga penelitian CEA di Prancis dan rekan-rekannya menemukan pola bersejarah gempa itu, saat meneliti di Nepal bulan lalu. Saat itulah mereka memprediksi akan terjadi gempa besar.

Kala itu, di tengah hutan Nepal selatan, tim Bollinger menggali di sepanjang patahan gempa utama di Nepal. Sepanjang lebih 1.000 km dari barat ke timur, di tempat di mana patahan bertemu permukaan bumi.

Mereka menggunakan serpihan arang dalam metode karbon, untuk mengetahui kapan patahan tersebut terakhir kali berpindah.

Naskah kuno memang menyebutkan sejumlah gempa besar, tetapi tetap sangat sulit menemukan lokasinya di lapangan. Apalagi hujan musim kemarau membuang tanah ke bawah bukit dan hutan lebat menutupi sebagian besar tanah. Sehingga dengan cepat menyembunyikan bekas gempa.

'Prediksi' Gempa

Dari hasil penelitiannya, tim Bollinger dapat memperlihatkan bahwa bagian patahan yang mereka analisa sudah sejak lama tidak bergerak.

"Kami memperlihatkan patahan ini tidak menyebabkan gempa besar tahun 1505 dan 1833, dan terakhir kali patahan ini berpindah kemungkinan besar pada tahun 1344," tutur Bollinger yang menyampaikan temuaannya kepada Nepal Geological Society dua minggu lalu.

"Kami dapat melihat baik Kathmandu dan Pokhara sekarang akan mengalami gempa yang mengubah patahan utama, kemungkinan besar terjadi terakhir kali pada tahun 1344 di antara kedua kota," jelas Paul Tapponnier dari Earth Observatory of Singapore yang bekerja sama dengan Bollinger.

Dan gawatnya, tim peneliti memperingatkan akan terjadi lagi gempa.

"Perhitungan pendahuluan mengisyaratkan gempa hari Sabtu dengan kekuatan 7,8 kemungkinan tidak cukup besar untuk mengangkat pecahan sampai ke permukaan bumi. Jadi masih ada kemungkinan lebih banyak gaya yang tersimpan, dan kemungkinan akan mengalami gempa besar lagi ke arah barat dan timur, dari lokasi gempa yang sekarang dalam puluhan tahun ke depan," ucap Bollinger.

Gempa 7.9 Skala Richter mengguncang dekat ibukota Nepal, Kathmandu. Menurut Badan Survei Geologi AS (USGS), Sabtu 25 April siang waktu setempat. Wilayah di kawasan pegunungan di negara Asia Tengah tersebut pun porak-poranda.

CNN melaporkan pusat gempa Nepal berada pada kedalaman 11,9 kilometer. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini