Sukses

Lucunya 2 Bayi Panda Merah di Kebun Binatang Adelaide

Para petugas kaget mendapati dua ekor bayi panda di dalam kotak yang menjadi sarang panda merah itu.

Liputan6.com, Adelaide - Para petugas Kebun Binatang Adelaide, Australia Selatan, kaget ketika melihat panda merah melahirkan dua ekor anak, sebab selama ini mereka tidak tahu sang ibu ternyata sedang hamil.

Menurut Constance Girardi, selama ini petugas memang agak menjaga jarak dengan Imandari -- nama panda merah tersebut. Sebab binatangan itu selalu tampak ketakutan jika ada orang yang mendekat.

Akibatnya, para petugas tidak menyadari panda ini sendang hamil.

"Kami pernah melihat Imandari sibuk membuat sarang Desember lalu, kemudian tidak lagi. Jadi kami anggap itu tidak ada hubungannya dengan kehamilan," kata Girardi seperti dikutip dari ABC News, Rabu (1/4/2015).

Pada akhir Januari 2015, para petugas kaget mendapati dua ekor bayi panda di dalam kotak yang menjadi sarang panda ini.

Sementara ini kedua bayi panda merah yang keduanya berkelamin jantan belum diberi nama. Dengan kelahiran keduanya, kini Kebun Binatang Adelaide telah menjadi tepat kelahiran 46 ekor pandang merah sejak tahun 1975.

Tambahan koleksi kebun binatang Adelaide ini tentu saja disambut gembira. Sebab, selama ini kebun binatang itu telah memiliki sepasang panda besar, pinjaman dari China. Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

Girardi mengatakan, meskipun sama-sama panda, kedua jenis tersebut memiliki kebiasaan berkembang biak yang berbeda.

"Kemungkinan berkembang biak bagi panda besar sangatlah tipis, sementara bagi panda merah mereka memiliki empat setengah bulan musim kawin," jelas dia.

"Pejantan panda merah ini tetap lengket dengan betinanya, jadi kami tidak perlu melakukan apa-apa," kata Girardi.

Sebaliknya, pejantan dan betina panda besar justru saling cuek dan jarang berdekatan.

Panda merah sebenarnya lebih memiliki kedekatan dengan rakun dibandingkan panda besar. Populasinya diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor yang masih hidup di alam liar. Namun mereka terdesak oleh habitat yang hancur serta manusia yang memburu ekor panjangnya. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini