Sukses

Ditemukan, Monster 'Jagal dari Carolina' Nenek Moyang Buaya

Pada 230 juta tahun lalu, jauh sebelum ada dinosaurus di muka Bumi, hidup sesosok monster mirip buaya. Uniknya, ia bisa berlari tegak.

Liputan6.com, Raleigh - Pada 230 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus ada di muka Bumi, hidup sosok monster mengerikan sepanjang 2,7 meter, yang giginya setajam pisau. Penampakannya mirip buaya, namun tak seperti anggota ordo Crocodylidae modern, ia berdiri tegak dan mampu berlari dengan dua kaki belakangnya.

Makhluk predator itu bernama Carnufex carolinensis, juga dijuluki 'Carolina Butcher'. Nenek moyang buaya masa kini tersebut diduga memangsa reptil lain dan kerabat mamalia yang ada saat itu.

Para ilmuwan menamainya Carnufex -- atau 'jagal' (butcher) dalam Bahasa Latin karena tengkoraknya yang panjang, mirip bentuk pisau tukang daging.  

Juga karena gigi-giginya yang tajam, yang digunakan untuk merobek daging dari tulang mangsanya. Demikian ujar penulis studi Lindsay Zanno dari North Carolina University dan North Carolina Museum of Natural Sciences dalam laporan yang dimuat di jurnal Scientific Reports pada 19 Maret 2015.

"Kata 'butcher' sepertinya cara yang efektif agar makhluk itu lebih diingat orang," kata Zano, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Jumat (20/3/2015).

Terkuak bahwa makhluk besar tersebut tak hanya anggota awal Crocodylomorpha -- kelompok yang di dalamnya termasuk buaya modern dan para kerabat dekatnya, namun juga menggarisbawahi keanekaragaman predator dalam rantai makanan teratas di masa lalu.

"Orang mungkin sama sekali tak membayangkan berapa jenis predator berbeda yang ada di Periode Trias. Juga, tak pernah mengira bahwa ternyata buaya sudah ada sebelum dinosaurus."

Makhluk Aneh

 



Awalnya, Lindsay Zanno dan para koleganya menemukan bagian tengkorak, tulang belakang, dan tulang lengan sesosok makhluk saat melakukan ekskavasi di Formasi Pekin (Pekin Formation) di Chatham County, North Carolina.

Di sana terdapat sedimen yang mengandung deposit dari 231 tahun lalu, dari masa yang disebut akhir Periode Trias -- ketika area Carolina Utara masih menjadi bagian dari superbenua atau benua tunggal Pangaea, dan posisi berada dekat khatulistiwa.

"Di sekitar khatulistiwa, belum ada dinosaurus pada saat itu," kata ilmuwan perempuan itu. Periode Trias lebih dulu ketimbang Periode Jura atau 'Zamannya Dinosaurus'.  

Awalnya, para ahli memperlakukannya temuan fosil tersebut sebagai sampling artefak, karena mereka belum menemukan tulang dinosaurus yang dicari di sana.

"Namun, sejauh pengetahuan kami, belum ada dinosaurus saat itu," kata Zanno. Dia menambahkan, tidak adanya dinosaurus sebagai pesaing predator memungkinkan pemakan daging seperti Carnufex mengembangkan tubuhnya menjadi seukuran raksasa.

Setelah mendapatkan sekumpulan fosil tulang, ilmuwan yakin bahwa mereka menemukan eksistensi makhluk yang baru terkuak. Apalagi, ada tekstur aneh pada tulang hewan tersebut -- ornamen yang juga ditemukan pada buaya modern, namun tidak ada pada sejumlah nenek moyang buaya setelahnya.

Menjadi salah satu crocodylomorpha paling awal sekaligus paling primitif, Carnufex berbagi karakteristik dengan beberapa kelompok organisme lain, termasuk fitur tulang pipi dan bentuk gigi yang mirip theropoda -- kelompok dinosaurus pemakan daging.

Carnufex juga punya fitur tengkorak yang mirip reptil mirip dinosaurus berkepala besar yang disebut rauisuchidae -- predator level dua dalam rantai makanan di Pangaea pada saat itu.

Namun, 'kedudukan' Carnufex sebagai predator teratas tak berlangsung lama. Ia ikut binasa dalam kepunahan massal di akhir Periode Trias yang juga melenyapkan crocodylomorpha besar dan rauisuchidae. Hanya menyisakan crocodylomorpha kecil.

Setelah itu, memasuki Periode Jura, giliran dinosaurus yang menggantikan posisi Carnufex. Itupun tak selamanya. Sekitar 135 juta tahun kemudian mereka punah.

"Saat dinosaurus theropoda berkembang hingga ukuran raksasa, nenek moyang buaya modern punya peran mirip rubah atau serigala saat ini, dengan tubuhnya yang kecil, ramping, dan berkaki panjang (tidak melata)," kata penulis lainnya, Susan Drymala, mahasiswa pascasarjana di NC State University. "Penasaran dengan penampakannya? Bayangkan rubah modern, tapi dengan lapisan kulit buaya bukan bulu." (Ein/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini