Sukses

1-2-2003: Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang Alik Columbia

Kendaraan luar angkasa milik Amerika Serikat itu meledak di udara 16 menit sebelum mendarat,

Liputan6.com, Texas - Pada hari ini 1 Februari tahun 2003, menjadi akhir tragis bagi misi antariksa dengan pesawat ulang alik Columbia. Kendaraan luar angkasa milik Amerika Serikat itu meledak di udara 16 menit sebelum mendarat, saat akan mendarat di Pusat Stasiun Angkasa Luar Kennedy, Florida, Amerika Serikat. Tujuh astronot awak pesawat Columbia dipastikan tewas.

Pejabat Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA) menyebutkan, kecelakaan itu terjadi saat pesawat buatan 1981 itu berada pada ketinggian 60 ribu kaki dari bumi dengan kecepatan 20 ribu kilometer/jam. Sebelum meledak, pesawat ini baru saja menuntaskan misinya yang ke-28, setelah lepas landas pada 16 Januari 2003.

Seperti dilansir dari History Channel, Minggu (1/2/2015), disebutkan bencana Columbia terjadi akibat sepotong busa seukuran tas yang menabrak sayap pesawat dan meninggalkan lubang di ubin pelindung, membuat pesawat rentan saat menembus atmosfer.

Pesawat ulang alik Columbia jatuh di atas garis pantai California. Puing-puing pertama kendaraan luar angkasa itu mulai jatuh di barat Texas dekat Lubbock.

Warga di daerah tersebut mendengar ledakan keras dan melihat garis-garis asap di langit. Puing-puing dan sisa-sisa kru ditemukan di lebih dari 2.000 lokasi di seluruh Timur Texas, Arkansas dan Louisiana.

10 tahun pasca tragedi tersebut, mantan petinggi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akhirnya membongkar rahasia. Kala itu, sesaat sebelum pesawat meledak, pusat kontrol misi NASA di bumi mengetahui bahwa Columbia akan menemui bencana, dan para awaknya kemungkinan besar tak bakal selamat.

Seperti dimuat ABC News, Wayne Hale, yang kemudian menjadi manajer program ulang alik pesawat luar angkasa, menulis di blognya soal hari nahas itu.

Dia menjelaskan, kala itu Direktur Jon Harpold berpendapat, "Tak ada yang bisa kita lakukan soal kerusakan TPS (Thermal Protection System). Kupikir para awak tak perlu tahu. Bukankah akan lebih baik bagi mereka terbang pulang dengan perasaan bahagia dan kemudian tewas tanpa diduga ketika memasuki Bumi, ketimbang tetap tinggal di orbit, mengetahui tak ada sesuatu yang bisa dilakukan, hingga persediaan oksigen habis?"

Dilema bagi manajer misi adalah, meski mengetahui ada tubrukan pada bagian sayap pesawat, mereka tidak tahu apakah pesawat rusak dan seberapa besar kerusakannya. Para ahli yang ada di darat kemudian memutuskan, akan lebih baik jika para awak pesawat tak mengetahui soal risiko tersebut

Apalagi, tak ada jalan untuk memperbaiki kerusakan. Pesawat berada jauh di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan tak punya lengan robot untuk memperbaikinya. Alternatif lain, mengirimkan pesawat lain untuk menyelamatkan para kru, mustahil.

Tujuh astronot yang gugur dalam tugas akan dikenang kembali dalam sebuah acara peringatan 10 tahun musibah Columbia di Kennedy Space Center, Florida.

Mereka adalah Rick D Husband, William C McCool, Michael P Anderson, Ilan Ramon, David Brown, Laurel Salton Clark, dan Kalpana Chalwa -- astronot wanita pertama asal India.

Meski telah lama berlalu, para kru Columbia tak pernah dilupakan. Diabadikan di mana pun -- termasuk di langit.

Dari asteroid, kawah di Bulan, bukit di Mars, nama sekolah, taman, jalan, dan bahkan bandara. Salah satunya Rick Husband Amarillo International Airport -- yang menyandang nama astronot Columbia.

Tragedi juga terjadi di Filipina pada tanggal yang sama tahun 1814. Gunung Mayon di Filipina meletus, merupakan erupsi terparah gunung tersebut. Sekitar 1.200 orang tewas. Sementara pada 1 Februari 1884 kamus Inggris Oxford pertama diterbitkan. (Tnt/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.