Sukses

Kunjungi Nigeria, Menlu AS Kecam Boko Haram

John Kerry datang beberapa pekan sebelum Nigeria menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres)

Liputan6.com, Lagos - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry melakukan kunjungan kenegaraan ke Nigeria. Kedatangan Kerry kali ini mengundang sorotan dunia.

Pasalnya, Kerry datang beberapa pekan sebelum Nigeria menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres). Bukan cuma itu, di  negara tersebut Kerry dijadwalkan bertemu dua orang capres Nigeria, yaitu kandidat Presiden incumbent Goodluck Jonathan dan penantangnya Muhammadu Buhari.

Pertemuan dengan Jonathan rencana bertempat di Istana Kepresidenan. Sementara tatap muka Kerry bersama Buhari akan mengambil dilaksanakan di konsulat AS.

Kunjungan pejabat tinggi AS jelang pemilu digelar di suatu negara sangat jarang terjadi. Lawatan Kerry di Nigeria tak pelak memunculkan sejumlah spekulasi.

Salah satu spekulasi yang muncul terkait dengan kunjungan Kerry adalah soal keamanan di Nigeria pasca-pengumuman hasil. Ditakutkan kondisi Nigeria berubah mencekan kala ada satu kandidat yang tidak menerima hasil Pilpers.

Spekulasi itu muncul bukan tanpa alasan. Sebab, komentar Kerry sesaat setelah dia mendarat di Lagos menandakan bahwa ada potensi kekerasan pasca pilpres Nigeria.

"Saya mendesak agar para kandidat dapat menerima hasil pilpres dan para pendukung mereka bisa menghindari kekerasan," sebut Kerry seperti dikutip dari Washington Post, Senin (26/1/2015).

Kerry pun menambahkan keadaan di Nigeria habis pemilu bisa saja lebih buruk dari yang dibayangkan. Ini disebabkan, jika pemilu tersebut 'gagal' maka kondisi ini sangat rentan dimanfaatkan Boko Haram. Dia pun mengecam keberadaan kelompok radikal tersebut.

"Kenyataannya, jalan terbaik melawan Boko Haram dan kelompok sejenis adalah melindungi perdamaian, kredibiltas dan transparansi pemilu yang merupakan hal paling penting di negara dengan demokrasi terbesar di Afrika ini," sambung Kerry.

"Pemilu dilaksanakan tepat waktu harus dilakukan, ini menunjukkan kalau pemilu kali ini lebih baik dari yang lalu. Nigeria harus menetapkan standar demokrasi baru. Dapat diartikan Nigeria bukan hanya harus menolak kekerasan tapi mereka musti mempromosikan perdamaian," tegas eks capres AS ini.

Imbauan Kerry tersebut sudah dilukan kedua capres. Aplikasi dari imbauan ini adalan penandatangan perjanjian damai antar pedukung Jonathan dan Buhari.

Pilpres di Nigeria digelar 14 Febuari 2015. Pesta demokrasi ini merupakan yang paling kompetitif semenjak junta militer jatuh di 1999. (Ger/Riz)

 
 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.