Sukses

Demo Dukung ISIS Digelar Terang-terangan di London

Lebih dari 3.000 warga Eropa, termasuk 500 orang warga Inggris, telah bepergian ke Suriah dan Irak untuk berperang.

Liputan6.com, London Pihak keamanan di negara-negara Eropa telah siaga dengan keberadaan ISIS di Suriah dan Irak, terutama karena daya tarik kelompok itu terhadap kaum muda Eropa yang kemudian pergi Suriah dan Irak dan bergabung dengan kelompok tersebut. 

Namun demikian, demonstrasi terus terjadi di kota-kota di Eropa karena adanya kebebasan berpendapat di negara-negara tersebut. 

Puluhan selebaran dukungan kepada ISIS dibagikan di kawasan ramai Oxford Street di London pada Selasa lalu. Isinya mendesak kaum muslim untuk menyatakan baiat kepada kelompok itu dan pergi ke Suriah dan Irak. Oxford Street merupakan kawasan perbelanjaan tersibuk di Eropa.

Seperti yang dilansir Liputan6.com dari Financial Times (12 Agustus 2014), gambar-gambar kelompok orang sedang membagikan selebaran-selebaran itu diunggah oleh beberapa pengguna Twitter, termasuk oleh beberapa warga muslim Inggris yang marah melihat isi tulisan-tulisan dalam selebaran itu.

Financial Times tidak berhasil menghubungi mereka yang membagikan selebaran-selabaran itu. Selebaran itu berjudul "Kalifah Telah Didirikan" dan secara halus mengacu kepada ISIS yang pada bulan Juni lalu telah menyatakan diri sebagai kalifah.

Penyebaran bahan-bahan dukungan ISIS di seantero Eropa telah meningkatkan kecemasan petinggi-petinggi intelijen yang yakin bahwa ancaman keamanan oleh orang-orang yang terkait ISIS merupakan salah satu yang paling parah yang dihadapi Barat.

Lebih dari 3.000 warga Eropa, termasuk 500 orang warga Inggris, telah bepergian ke Suriah dan Irak untuk berperang bersama kelompok-kelompok ekstrem, termasuk ISIS.

Setidaknya ada satu serangan teror yang terjadi di Eropa, yaitu peristiwa penembakkan di museum Yahudi Belgia di bulan Mei lalu, yang terkait dengan konflik di Suriah dan Irak.

Sejak munculnya deklarasi kalifah oleh ISIS, para petinggi keamanan Barat mencemaskan meningkatnya daya tarik kelompok itu kepada kaum muda muslim radikal dari Eropa dan Timur Tengah.

"Kekhawatiran kami adalah potensi peningkatan konflik di Suriah dan Irak sehingga ISIS semakin digdaya dan orang-orang pergi bergabung karenanya," kata seorang pejabat keamanan Whitehall. "Selebaran-selebaran ini menjadi pertanda akan hal itu."

Penyebaran selebaran di Oxford Street merupakan demonstrasi yang paling terlihat di Eropa hingga saat ini. Selebaran itu mencetak tulisan kalimat syahadat dengan latarbelakang berwarna hitam, yang seringkali dipakai oleh kelompok-kelompok jihad sebagai lambang mereka.

Beberapa demonstrasi lainnya misalnya seruan-seruan dukungan kepada ISIS melalui sejumlah pengeras suara di Oslo (Norwegia), dan suatu demonstrasi kecil di Belanda.

Sebuah bendera hitam kelompok itu sempat berkibar sejenak di jalan masuk ke suatu perumahan di London timur minggu lalu, namun segera diturunkan oleh pemerintah daerah setempat.

Scotland Yard mengatakan bahwa mereka tidak tahu adanya selebaran-selebaran demikian di Oxford Street maupun para pelaku penyebarnya.

"Adanya kelompok yang secara terang-terangan mengiklankan ISIS yang brutal itu di London, di suatu kawasan tersibuknya, sunggu mengagetkan," kata Ghaffar Hussain, direktur utama di Quilliam Foundation, suatu think-tank anti ekstremisme Inggris.

Hussain mengatakan bahwa ia sempat mengobrol dengan beberapa orang pelaku penyebar selebaran itu. "Selebaran itu dibagikan oleh sekelompok orang dari Luton. Sungguh perbuatan nekat."

Kalimat dalam selebaran itu dipilih secara cermat untk menghindari acuan langsung kepada ISIS ataupun pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, yang telah menyatakan diri sebagai kalifah setelah serangkaian teror dan kekerasan dilakukannya untuk mencaplok kawasan di utara negara Irak.

Salah satu selebaran bertuliskan begini: "kaum muslim, dengan pertolongan Allah, mengumumkan pendirian ulang kalifah dan menunjuk seorang imam sebagai kalifah."

Selanjutnya dikatakan bahwa kaum muslim memiliki tujuh kewajiban, termasuk baiat kepada sang kalif, mentaatinya, dan hijrah ke kalifah tersebut.

Undang-undang anti-teror Inggris melarang sejumlah organisasi militan. Penyebaran material yang memuja-muja organisasi-organisasi tersebut ataupun pemujaan tindakan-tindakan teror merupakan pelanggaran pidana di Inggris. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini