Sukses

Pergolakan Kawasan Menambah Parah Pertikaian Israel-Hamas

Peningkatan kekerasan merupakan pertanda kelemahan politik dua belah pihak, baik Israel maupun Hamas.

Liputan6.com, London Pertikaian Israel-Hamas memasuki hari ke dua dan sepertinya belum akan segera berhenti. Pengamat menengarai bahwa dua belah pihak sebenarnya sedang sama-sama lemah. Di tengah-tengah pertikaian itu, korban-korban rakyat tak bersalah terus berjatuhan.

Pesawat-pesawat tempur Israel masih terus menghajar sasaran-sasaran di Gaza dan di lain pihak, roket-roket milik militan Hamas terus merangsek jauh ke dalam jantung Israel.

Kekerasan ini dipicu oleh penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel di Gaza bulan lalu dan pembunuhan balasan atas seorang remaja Palestina.

Seperti yang dilansir dari VOA News, 9 Juli 2014, keadaan ringkih di seantero kawasan Timur Tengah menambah rumit pertikaian berkepanjangan Israel dan Palestina.

Israel menyebut operasi ini “Operation Protective Edge.” Pesawat-pesawat tempur Israel menyasar puluhan bangunan dan tempat di Gaza yang menurutnya dipakai oleh kaum militan Hamas untuk merencanakan dan meluncurkan serangan-serangan roket di sepanjang perbatasan. Roket-roket ini menusuk jauh lebih dalam ke Israel, bahkan hingga 100 kilometer jauhnya dari Gaza.

Satu serangan roket bahkan sempat mengacaukan suatu pesta pernikahan. Israel mengatakan akan menanggapi serangan-serangan roket dengan serangan darat. 

“Tujuan kami, terutama adalah untuk melindungi rakyat Israel dan mengakhiri peluncuran roket-roket dari Gaza ke arah warga kami,” kata Mark Regev, jurubicara untuk Perdana Menteri Benyamin Netanyahu.

Professor Yossi Mekelberg yang mengajar Hubungan Internasional di Regents University di London mengatakan bahwa peningkatan kekerasan merupakan pertanda kelemahan politik dua belah pihak.

“Netanyahu berada di bawah tekanan dari sayap kanan dalam pemerintahannya, sejenis Bennett dan Lieberman, di dalam koalisinya. Hamas sedang lemah karena mereka terdepak dari Damaskus dan karena keruntuhan Ikhwanul Muslimin di Mesir,” kata Mekelberg.

Pemerintahan Ikhwanul Muslimin di Kairo didepak dari kekuasaan tahun lalu oleh pihak militer. Pemerintahan pengganti di bawah Abdel Fattah el-Sissi telah mencoba menengahi Israel dan Palestina namun belum bisa memainkan peran itu, demikian menurut Sharif Nashashibi, seorang analis Timur Tengah.

“Hal ini, sekarang ini, terlihat pada Sissi karena sebagai presiden baru ia belum terlalu dipercaya oleh para pemimpin Barat. Jadi saya kira ini merupakan kesempatan baginya untuk pertama-tama tampil kuat dan berwibawa bagi rakyatnya sendiri, dan menunjukkan kepada pihak Barat bahwa ia pemain penting di kawasan,” kata Nashashibi.

Hamas akan mencari dukungan dari kawasan, tapi pemegang kekuasaan di Suriah sedang berayun ke arah yang berseberangan dengan kelompok Palestina itu, kata Nashashibi.

“Hamas terang-terangan mendukung revolusi melawan Bashar al-Assad di Suriah, sehingga mereka harus hengkang dari Suriah. Karenanya mereka kehilangan dukungan Iran yang sangat penting saat itu. Dan adanya kesepakatan baru di dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC) terkait pertikaian dengan Qatar sehingga ada dugaan menurunnya dukungan Qatar kepada Hamas,” ujarnya.

Perunding Saeb Erekat menuduh masyarakat internasional hanya duduk diam melihat agresi Israel.

“Sudah tahu dan sudah lihat tanda-tandanya tentang apa yang dilakukan pemerintah Israel, tapi tidak ada tanggapan yang tulus dari masyarakat dunia akan hal ini, sehingga menempatkan kami dalam keadaan menunggu yang terburuk,” kata Erekat.

Menurut Yossi Mekelberg, pihak Barat ragu-ragu melibatkan diri.

“Selama jumlah korbannya sedikit, saya kira Eropa dan Amerika akan membiarkan Israel meneruskan kampanye militer untuk melemahkan Hamas, terutama sayap militernya. Baru kemudian mereka mungkin akan meninginkan sesuatu secara politis dan diplomatis,” katanya.

Hamas mengatakan mereka akan menghentikan serangan-serangan roket jika Israel menghentikan serangan-serangan udara di Gaza. Sejauh ini nampaknya ke dua belah pihak enggan berhenti lebih dahulu. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini