Sukses

Presiden Palestina: Israel Sedang Lakukan Pembantaian di Gaza

Israel mengerahkan ribuan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza menjelang kemungkinan invasi darat.

Liputan6.com, Ramallah- Hubungan Palestina dan Israel mengalami krisis terburuk dalam 2 tahun terakhir. Rabu 9 Juli 2014 kemarin, Presiden Mahmoud Abbas mengadakan rapat mendadak di Ramallah. Membahas perkembangan serangan negeri zionis atas Gaza, yang menewaskan setidaknya 60 orang.

"Ini adalah pembantaian. Pembunuhan seluruh keluarga adalah genosida oleh Israel terhadap rakyat Palestina," kata Abbas, seperti Liputan6.com kutip dari Al Arabiya, Kamis (10/7/2014).

"Apa yang terjadi saat ini adalah (Israel) memerangi rakyat Palestina secara keseluruhan. Bukan melawan faksi-faksi militan," tambah dia. "Kita tahu bahwa Israel tidak sedang membela diri, tapi membela pemukiman -- proyek utamanya."

Abbas menambahkan, pihaknya sudah berusaha dengan segala macam cara untuk menghentikan agresi Israel dan mencegah darah tertumpah di  Palestina. "Termasuk bicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Sekjen PBB Ban Ki-moon," tambah dia.

Militer Israel sejauh ini telah menargetkan 230 titik, yang mereka klaim sebagai markas Hamas dan menembakkan hampir 600 roket dalam operasi 'Protective Edge'.

Jumlah korban jiwa hingga Rabu kemarin meningkat, setidaknya 63 orang tewas -- termasuk perempuan dan anak-anak -- di Gaza dan 400 lainnya terluka.

Di sisi lain, militan terus menembakkan roket ke wilayah Israel, ke Yerusalem, Tel Aviv, juga Hadera, yang berjarak 116 kilometer di utara Jalur Gaza.

Israel mengerahkan ribuan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza menjelang kemungkinan invasi darat. "Militer siap untuk semua kemungkinan," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. "Hamas akan membayar harga mahal karena menembak ke arah warga Israel."

Sementara itu, Presiden Israel Shimon Peres mengatakan kepada CNN bahwa serangan darat mungkin akan "segera" dilakukan. Negeri zionis telah menyiagakan 40.000 cadangan militernya.

Di Ujung Tanduk



Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menilai, situasi di Gaza sudah di ujung tanduk. Ia meminta baik Israel dan militan Palestina untuk menghentikan aksi saling serang.

"Risiko kekerasan akan meluas adalah nyata," kata Ban, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.

Dia menuntut militan Hamas berhenti menembakkan roket. Juga mendesak pemerintah Israel untuk menahan diri dan menghormati kewajiban internasional untuk melindungi warga sipil.

Sebelumnya, kepala Palestinian Centre for Human Rights di Gaza, Raji Sourani menuding Israel sengaja menargetkan warga sipil.

Dewan Keamanan PBB akan bertemu Kamis ini untuk mengadakan pembicaraan darurat terkait krisis Gaza.

Dunia pun terbelah menanggapi krisis ini. Para pemimpin Perancis dan Jerman mengutuk serangan Hamas terhadap Israel. Sementara itu, pejabat senior AS mendesak "semua pihak untuk menahan diri".

Pemimpin biro politik Hamas, Khaled Meshaal, memperingatkan bahwa Hamas akan terus membalas serangan Israel dan meminta warga Palestina untuk bersatu.

Ia juga mengritik komunitas internasional yang kurang memberi dukungan pada rakyat Palestina. "Perang ini dipaksakan pada kami," kata dia.

Bulan lalu, Hamas dan Fatah -- yang dipimpin Abbas membentuk pemerintahan bersatu untuk mengakhiri keretakan besar antara faksi-faksi di Tepi Barat dan Gaza -- yang ditentang Israel. Menanggapi rekonsiliasi tersebut, negeri zionis kemudian menghentikan perundingan perdamaian dengan Palestina.

Ketegangan makin memuncak dengan pembunuhan 3 pemuda Israel di Tepi Barat -- disusul kematian sadis seorang remaja Palestina. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.