Sukses

Radar Militer Malaysia Beri Data Salah Pesawat MH370?

Peralatan radar Malaysia diduga tidak dikalibrasi dengan presisi yang cukup untuk menghasilkan data akurat.

Liputan6.com, Perth - Militer negeri jiran kembali jadi sorotan terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 pada Sabtu 8 Maret 2014 lepas tengah malam. Kali ini soal radar.

Penyelidik internasional menyebut, Boeing 777-200ER tersebut tidak naik ke ketinggian 13.700 meter, kemudian bermanuver turun hingga kurang dari 7.000 meter -- seperti yang dilaporkan pihak Malaysia yang merujuk pada data radar militer.

Seperti dilaporkan New York Times, temuan para investigator justru menyebut, kapal terbang tidak melambung kemudian menukik tajam, namun dalam kondisi terkontrol selama beberapa jam setelah hilang kontak, hingga ia kehabisan bahan bakar di atas Samudera Hindia bagian selatan.

Kesimpulan para penyelidik dihasilkan setelah memeriksa kembali data radar militer dan ping yang tertangkap satelit Inmarsat di atas Khatulistiwa -- yang menunjukkan bahwa pembacaan ketinggian radar tampaknya tidak benar.

Tak cuma itu, telaah para peneliti internasional juga menemukan, peralatan radar Malaysia tidak dikalibrasi dengan presisi yang cukup untuk menghasilkan data akurat.

Sejumlah radar militer bisa mendeteksi ketinggian dan membaca dengan akurat lokasi pesawat, kecepatan, dan arah. Namun, peralatannya harus dikalibrasi secara reguler dan hati-hati, sesuai dengan kondisi atmosfer setempat.

"Data radar primer berkaitan dengan ketinggian dianggap tak bisa diandalkan," kata Angus Houston, kepala badan pusat pencarian MH370 atau Joint Agency Coordination Centre, seperti Liputan6.com kutip dari MSN Malaysia, Selasa (24/6/2014).

Radar melacak MH370 karena pesawat tersebut menyimpang dari jalur penerbangan yang dijadwalkan yakni di atas Teluk Thailand. Kapal terbang yang membawa 239 orang itu justru terbang barat melintasi semenanjung dan Selat Malaka.

MH370 lantas terbang di luar jangkauan radar di dekat ujung utara pulau Sumatera, Indonesia.

Pembacaan radar militer Malaysia menyimpulkan bahwa pesawat terbang di atas ketinggian maksimal yang diizinkan pada  13.700 meter, lalu menukik diduga menghindari radar, sebelum akhirnya naik kembali ke ketinggian 7.000 meter atau lebih di atas Selat Malaka.

"Tak ada data yang bisa diandalkan soal ketinggian," kata Martin Dolan, Kepala Biro Keamanan Transportasi Australia atau Australian Transport Safety Bureau.

Dilaporkan, pengabaikan data ketinggian yang ditangkap radar berujung pada perubahan fokus pencarian. Sebab, bahan bakar pesawat diperkirakan bertahan lebih lama jika pesawat ternyata terbang di ketinggian yang stabil.

Data dari ping atau 'jabat tangan (handshakes) elektronik', penyelidik menyimpulkan bahwa MH370 berakhir di lautan di barat Australia. Di sepanjang apa yang disebut sebagai 'busur ketujuh (seventh arc) -- area jabat tangan terakhir dengan pesawat nahas itu. "Semua sepakat di situlah kapal terbang itu kehabisan bahan bakar," kata Dolan.

Para pejabat yang memimpin pencarian kini sedang menetapkan area pencarian baru, yang diduga berukuran panjang sekitar 640 km dan lebar 97 km.

Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pesawat nahas tersebut diterbangkan secara autopilot, yang tidak dapat mengendalikan pesawat saat mesin berhenti, dan menyebabkan pesawat melambat lalu jatuh ke laut.

Pilot Bukan Tersangka

Sementara, seperti dikutip dari situs Inquisitr, spekulasi para ahli soal hilangnya MH370 berkisar dari api yang membakar dari dalam kabin yang menyebabkan para penumpang dan awak pingsan atau tewas sementara Boeing 777-200 ER tetap terbang dalam kondisi autopilot, hingga pilot atau kopilot yang diduga bunuh diri mengendalikan pesawat hingga tamat.

Minggu kemarin, sumber kepolisian Malaysia mengatakan bahwa pilot Malaysia Airlines Zaharie Ahmad Shah adalah tersangka utama terkait hilangnya pesawat. Namun, hal tersebut dibantah pejabat negeri jiran.

"Jangan mendengarkan spekulasi, pada dasarnya itu tidak adil untuk keluarga pilot," kata  pejabat Menteri Transportasi Malaysia, Hishamuddin Hussein.

Polisi Malaysia juga mengecam laporan, yang pertama kali muncul di London Sunday Times, sebagai "tidak bertanggung jawab" dan "tidak berdasar." (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini