Sukses

Dilempari Batu sampai Mati, Semahal Itukah Harga Cinta?

Farzana Parveen dilempari batu hingga tewas oleh keluarganya sendiri. Kesalahan yang dilakukan: menikahi pria yang ia cintai. Pendapat Anda?

Liputan6.com, Lahore - Farzana Parveen (25), yang sedang hamil 3 bulan dilempari batu hingga tewas oleh keluarganya sendiri. Kesalahan yang ia lakukan: menikahi pria yang ia cintai.

Aksi ini dilakukan di siang bolong, di tempat umum, tepatnya di muka pengadilan Lahore, Pakistan. Sang suami, Muhammad Iqbal (45), hanya bisa menyaksikan perempuan yang ia kasihi meregang nyawa dengan cara mengenaskan. Pria itu tak berdaya, bahkan polisi yang diharapkan bisa menolong, hanya berdiri dan tak melakukan apapun untuk menghentikan serangan.

"Kami berteriak minta tolong, tak ada satu pun yang mau mendengar," kata Iqbal, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (29/5/2014).

Iqbal mendeskripsikan apa yang dilakukan aparat sebagai 'memalukan' dan 'tak manusiawi' karena tak melakukan apapun untuk menghentikannya. "Bahkan ketika salah satu kerabatku melepas pakaian untuk menarik perhatian polisi, aparat tetap diam," kata dia. "Mereka hanya menyaksikan Farzana dibunuh dan tak melakukan apa pun."

Iqbal bahkan mengaku, mereka mengancam dia dan keluarganya. "Kemarin mereka mengatakan akan merebut jasad istriku."

Orangtua Farzana menuduh Iqbal menculik putrinya dan mengajukan kasus tersebut ke Pengadilan Tinggi. Kepada polisi, korban mengaku menikahi suaminya atas keinginan sendiri.

Namun petaka terjadi. Iqbal mengatakan, ia dan istrinya  tiba di pengadilan pada hari Selasa untuk mengikuti persidangan.

Di muka pengadilan, para kerabat istrinya -- berjumlah lebih dari 20 orang --telah menunggu dan mencoba untuk membawanya pergi.

Karena melawan, Farzana diseret ke lantai. Ia dilempari dengan batu. Kepalanya remuk. Ia meregang nyawa di trotoar.

Pembunuhan Atas Nama Kehormatan?

Perjodohan menjadi semacam norma di Pakistan. Menikah melawan keinginan keluarga adalah tindakan yang dilarang keras.

Belakangan ayah Farzana Parveen menyerahkan diri ke polisi. Namun, kerabat lain yang melakukan pelemparan masih bebas. Meski membunuh putrinya sendiri, lelaki itu tak menyesal.

Alasan dia, anak kandungnya itu telah mencemarkan nama baik keluarga. "Aku membunuh putriku karena ia menghina seluruh keluarga dengan menikahi seorang pria tanpa persetujuan kami. Dan aku tak menyesalinya."

Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan mengatakan, pada 2013, ada 869 perempuan yang dibunuh atas nama kehormatan keluarga. Pembunuhan atas nama kehormatan. Meski, jumlah korban sesungguhnya bisa saja lebih tinggi.

Kepala Badan HAM PBB, Navi Pillay, mengaku terkejut bukan kepalang mendengar kabar tersebut dan meminta Pemerintah Pakistan melakukan tindakan tegas.

"Aku sama sekali tak sepakat menggunakan frase 'pembunuhan atas nama kehormatan'. Tak ada kesan terhormat sama sekali dari pembunuhan terhadap seorang perempuan dengan cara ini."

Secara terpisah, Karen Trentini dari Amnesty International mengatakan, pembunuhan atas nama kehormatan jarang dilakukan di depan umum di perkotaan. Namun, dia menambahkan, ratusan perempuan di Pakistan dibunuh oleh suami atau kerabat sebagai hukuman atas tuduhan perzinahan atau perilaku seksual lain -- yang belum tentu terbukti.

"Lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan, dan tak semua pelakunya dihukum. Perempuan dibunuh karena memilih suami mereka sendiri, karena menceraikan, dan jadi korban pemerkosaan. Kadang-kadang mereka diculik dan tidak terdengar kabarnya lagi. Dan pembunuhan Farzana Parzeen mencerminkan pandangan tradisional di mana laki-laki memiliki kontrol penuh atas wanita."

Karen Trentini mengatakan, pembunuhan demi kehormatan bertahan karena seringkali para pelaku kebal dari penuntutan. Karena hukum tidak ditegakkan secara semestinya.

Bagaimana pendapat Anda? (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini