Sukses

Rilis Data Mentah MH370 Mengecewakan...

Keluarga korban mendeskripsikan rilis data mentah tersebut sebagai 'antiklimaks'. Tak memberikan jawaban atas tanda tanya besar.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pihak berwenang Malaysia kemarin merilis data mentah satelit yang digunakan untuk melacak keberadaan Malaysia Airlines MH370, hingga disimpulkan Boeing 777-200 ER tersebut berakhir di kedalaman Samudera Hindia sebelah selatan.

Rilis data yang selama ini dirahasiakan itu, bertepatan dengan pengumuman pihak aparat yang mengabarkan bahwa fase pencarian bawah laut MH370 tak akan dimulai dalam beberapa bulan. Upaya tersebut akan dilakukan di area lebih dari 60 ribu kilometer persegi dan bisa makan waktu hingga satu tahun.

MH370 menghilang pada Sabtu 8 Maret 2018 dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Sebanyak 239 orang di dalamnya ikut lenyap. Hingga saat ini, tak ada satupun bagian puing pesawat yang ditemukan, meski pencarian besar-besaran talah dilakukan.

Ahli independen mengatakan, data komunikasi antara satelit Inmarsat dan pesawat nahas tak termasuk informasi kunci yang mendasari asumsi, algoritma, dan metadata yang dibutuhkan untuk menvalidasi kesimpulan tim investigasi, yang menyimpulkan bahwa MH370 terbang ke selatan dan celaka di bagian terpencil Samudera Hindia.

"Padahal, itu adalah hal yang penting untuk diketahui," kata Michael Exner, insinyur satelit yang meneliti secara intensif kalkulasi hilangnya MH370, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (28/5/2014). "Mungkin ada 2 atau 3 halaman yang berisi informasi penting, sisanya hanya noise (aktivitas elektrik atau akustik yang bisa mengganggu komunikasi). Tak menambah nilai apapun untuk pemahaman kita."

Dokumen data satelit setebal 47 halaman yang terdiri atas tanggal, waktu, dan angka-angka dirilis untuk memenuhi tuntutan pihak keluarga yang frustasi -- 81 hari menunggu kepastian nasib orang-orang yang mereka kasihi, tanpa jawaban.

Sementara itu, Selamat Osman, yang putranya ada dalam pesawat nahas mengaku menerima data tersebut lewat surat elektronik (email). Tak ada penjelasan yang menyertai data-data tersebut, membuatnya tak puas dan tak yakin.

"Data tersebut tak berarti apa-apa tanpa ahli independen yang menganalisisnya," kata Osman.

Secara terpisah, Sarah Bajc, yang patnernya Philip Wood menjadi penumpang MH370 mendeskripsikan data tersebut sebagai 'antiklimaks', mengingat keluarga sudah pertama kali meminta itu dua bulan lalu. Apalagi informasi yang kemudian diberikan benar-benar mentah.

"Laporan tersebut antiklimaks. Kami sudah memintanya 2 bulan lalu... Aku dan sejumlah anggota keluarga lain telah meminta masukan dari sejumlah ahli terkemuka di industri penerbangan, yang bersedia untuk menvalidasi silang formula, asumsi, dan analisi."

Menuju Perth?



Data terbaru yang dirilis menguak, untuk kali pertamanya, bahwa pihak berwenang sedang mempertimbangkan apakah MH370 menempuh rute tenggara Samudera Hindia, yang dikenal sebagai rute udara M641 yang menghubungkan Pulau Cocos ke Perth.

Rute udara ini melintasi daerah di mana 4 'ping', yang bisa berasal dari kotak hitam pesawat, terdengar. Namun belum diketahui, apakah itu mengindikasikan pesawat bisa terbang di rute udara yang tak diketahui dengan sendirinya -- ketika kru tak sadarkan diri atau tewas -- hingga bahan bakar pesawat habis.

Badan Keamanan Transportasi Australia atau Australian Transport Safety Bureau (ATSB) sebelumnya juga merilis serangkaian data dan analisis, yang menunjukkan bahwa usaha terakhir pesawat itu untuk berkomunikasi dengan satelit mungkin terjadi saat kapal terbang itu kehabisan bahan bakar -- yang konsisten dengan analisis ahli terkait konsumsi bahan bakar MH370.

"Perbandingan kemungkinan jalur penerbangan dengan trek menggunakan titik acuan juga sedang dipertimbangkan," kata ATSB dalam dokumen tentang area pencarian.

ATSB juga mengungkapkan, MH370 membuat 7 'jabat tangan' (handshakes) dengan satelit Inmarsat yang berbasis darat, setelah pesawat tersebut menghilang dari radar sipil dan militer pada pukul 02.22 pagi. Setelah itu, ia diduga terus terbang selama 6 sampai 7 jam, dan melakukan komunikasi dengan satelit pada pukul 02.28, 03.41, 04.41, 05.41, 06.41, 08.11, dan 08.19.

Pihak berwenang yakin, komunikasi terakhir konsisten dengan saat MH370 kehabisan bahan bakar.

Rentetan fakta terakhir dikenal sebagai seventh arc (busur ketujuh), membentuk dasar dari pencarian besar-besaran yang dilakukan di lepas pantai Perth.

"Pesan sinyal pukul 08.19 (busur ketujuh) adalah pesan permintaan dari pesawat. Ini konsisten dengan waktu  peralatan komunikasi satelit di pesawat mati akibat gangguan listrik. Gangguan tersebut mungkin diakibatkan kehabisan bahan bakar," demikian ungkap ATSB.

Estimasi konsumsi avtur pesawat, didasarkan pada rute penerbangan dan kecepatan dianggap konsisten dengan habisnya bahan bakar yang terjadi dekat dengan busur ketujuh. "Pada saat MH370 mencapai busur ketujuh, pesawat tersebut diyakini telah jatuh."

ATSB juga mengungkap bahwa pihak mereka menganalisis sinyal berfrekuensi rendah di Samudera Hindia, yang direkam hidrofon -- yang menjadi bagian dari larangan uji coba nuklir yang ditetapkan PBB dan menjadi instrumen untuk memantau ledakan nuklir.

Sebelum diumumkan bahwa MH370 berakhir di Samudera Hindia, sejumlah gambar satelit mengungkap keberadaan puing pada hari-hari pertama hilangnya MH370. Ternyata, semua itu tak ada gunanya. Otoritas Keamanan Maritim Australia (Australian Maritime Safety Authority) mengungkap, objek yang mereka temukan tak lain tak bukan adalah puing kapal pemancing. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini