Sukses

Pilpres Suriah Terus Dihantui Serangan Bom

Serangan bom terbaru terjadi di Kawasan Bab al-Salama, perbatasan Suriah dengan Turki.

Liputan6.com, Damaskus - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 segera digelar di Suriah pada 3 Juni 2014. Presiden Suriah Bashar al-Assad yang dipaksa mundur oposisi, kembali maju pada pemilu tersebut, demi meraih masa jabatan ketiga.

Dalam pertarungan pilpres ini, Assad akan bersaing dengan kandidat lain, yakni mantan anggota DPR Hassan Abdallah al-Nouri dan Maher Abdel-Hafiz Hajjar, ahli hukum yang juga anggota parlemen.

Namun perang saudara masih berkecamuk. Rentetan bom pun terus terjadi. Yang terbaru terjadi di perbatasan Suriah dan Turki. Badan Pemantau Hak Asasi Manusia (HAM) di Suriah melaporkan, jumlah korban tewas mencapai 43 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Puluhan orang lainnya terluka.

Badan HAM itu menjelaskan, bom terjadi di tempat parkir mobil, Kawasan Bab al-Salama. Ketika ada banyak orang yang melintas. Salah satu mobil meledak dan mengenai puluhan orang.

"Dalam sejumlah foto yang dimuat di media sosial terlihat para korban tewas dengan tubuh hangus dan anggota badan terpisah," demikian yang dilaporkan badan HAM tersebut, seperti dimuat Al-Arabiya, Jumat (16/5/2014).

Bom di perbatasan Suriah dan Turki ini bukanlah yang kali pertama terjadi. Sebelumnya, bom meledak di perbatasan pada Februari 2014 hingga menyebabkan 6 orang tewas dan 45 lainnya terluka.

Pada Januari 2014, terjadi serangan bom bunuh diri di pos perbatasan Suriah dan Turki. Mengakibatkan 16 orang tewas. Baru-baru ini, 7 Mei, pemberontak Suriah meledakkan sebuah hotel yang digunakan oleh pasukan Assad di kota utara Aleppo.

Belum diketahui siapa pelaku serangan bom itu. Namun wilayah perlintasan tersebut diketahui tengah berusaha dikuasai pemberontak Islamis yang bertekad mendirikan Negara Islam di Irak dan Levant (ISIS).

Para korban di perbatasan tersebut merupakan sebagian dari ribuan korban jiwa akibat perang saudara di Suriah. Sekitar 150 ribu orang tewas dalam perang yang terjadi sejak Maret 2011 itu. Ada sekitar 2,6 juta orang lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga. Krisis itu juga menelantarkan lebih dari 6,5 juta orang di dalam negeri.

Pada April silam, Presiden Assad yang berkuasa sejak tahun 2000 itu mengatakan, pihaknya akan menghentikan serangan militer ke oposisi pada akhir 2014. Perang saudara dijanjikan akan berakhir akhir tahun ini. Namun jika Assa terpilih kembali menjadi presiden, perang tersebut diprediksi tak lantas berakhir, karena oposisi tetap akan menuntut Assad mundur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.