Sukses

Presiden Palestina Mahmoud Abbas Kecam Holocaust, Ada Apa?

Presiden Abbas yang memimpin Otoritas Palestina di Tepi Barat, terkesan hendak menarik simpati publik Israel.

Liputan6.com, Yerusalem - Pernyataan mengejutkan datang dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Pada Minggu 27 April atau kemarin, Presiden Abbas mengungkapkan simpati yang jarang diungkapkan pemimpin Palestina, yakni mengenai penderitaan bangsa Yahudi semasa holocaust.

"Holocaust adalah kejahatan paling keji terhadap kemanusiaan pada zaman modern," kata Abbas dalam pernyataan tertulis menjelang Peringatan Hari Holocaust, yang diperingati Israel setiap tahun untuk mengenang 6 juta orang Yahudi yang dibunuh oleh Partai Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler selama Perang Dunia II.

Seperti dikutip Liputan6.com dari VOA News, Senin (29/4/2014), itu adalah komentar luar biasa dari seorang pemimpin Arab. Bisa jadi, Abbas menggunakannya sebagai taktik diplomasi. Terlebih, beberapa waktu lalu, pejabat Israel pernah menuduh Abbas mengecilkan arti Holocaust saat disertasi doktor pada 1970-an.

Presiden Abbas yang memimpin Otoritas Palestina di Tepi Barat, terkesan hendak menarik simpati publik Israel. Terutama, setelah macetnya perundingan perdamaian yang telah berlangsung selama 9 bulan, pekan lalu. Israel menghentikan perundingan setelah pemimpin Palestina itu sepakat membentuk pemerintahan persatuan dengan kelompok militan Islam Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Reaksi PM Israel Netanyahu

Sejauh ini Hamas menolak menanggalkan cara-cara kekerasan dan mengakui Negeri Zionis. Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan tak akan pernah mau berunding dengan kelompok teroris yang menyangkal kehadiran negaranya.

Pada sidang mingguan kabinet di Jerusalem, Netanyahu bahkan mengecilkan makna dari komentar Abbas mengenai holocaust. Menurut dia, pernyataan itu dimaksudkan menenteramkan opini dunia.

Netanyahu bahkan menuduh Presiden Abbas bergabung dengan Hamas. Padahal, Hamas merupakan kelompok yang menyangkal holocaust serta juga hendak menciptakan holocaust kedua dengan menghancurkan Israel.

Serangan Netanyahu dibalas. Perunding utama Palestina Saeb Erekat berpendapat, satu pemerintahan persatuan justru akan menguntungkan proses perdamaian. Jadi, menurut Erekat pendapat Israel itu tidak masuk akal. "Saya sudah tidak mengerti lagi jalan pikiran Israel," ucap Erekat.

Erekat mengutarakan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa Presiden Abbas telah menyatakan dengan sangat jelas: Hamas harus menerima kebijakan-kebijakan Abbas mengenai perdamaian.

"Abbas telah mengatakan, `Saya akan membentuk sebuah pemerintahan dengan kebijakan saya yang mengakui Israel, mengakui solusi dua negara, menerima semua persetujuan yang telah ditandatangani, dan meninggalkan kekerasan.` Jadi apa yang dikehendaki Israel?" imbuh Erekat.

Kendati demikian, PM Netanyahu menganggap jawaban terhadap pertanyaan Erekat itu sederhana.

Netanyahu bahkan menyapa Presiden Mahmoud Abbas dengan nama panggilan akrabnya, Abu Mazen. "Abu Mazen harus memilih antara (melanjutkan) persekutuannya dengan Hamas, atau membina sebuah perdamaian sejati dengan Israel," tandas Netanyahu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini