Sukses

Pasukan Rusia Berdatangan ke Ukraina, Pemimpin Dunia Kecam

Pasukan Rusia terus berdatangan, tak ada tanda-tanda kemunduran mereka hingga Senin 3 Maret waktu setempat.

Liputan6.com, Kiev - Pasukan Rusia terus berdatangan ke Ukraina. Tak ada tanda-tanda kemunduran mereka hingga Senin 3 Maret waktu setempat. Bahkan pemimpin dunia terancam memberikan sanksi dan teguran tegas terkait pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina yang dinilai melanggar aturan.

"Sejauh ini, angkatan bersenjata Ukraina telah menahan diri dari perlawanan aktif untuk agresi, tetapi mereka berada dalam kesiapan operasional penuh," kata utusan Ukraina untuk PBB, Yuriy Sergeyev seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Selasa (4/3/2014).

Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas krisis, Ukraina yang diwakili Yuriv meminta bantuan. Utusan mengatakan, Rusia telah menggunakan pesawat, kapal dan helikopter untuk membanjiri semenanjung Crimea Ukraina dengan 16.000 pasukan dalam seminggu terakhir.

Para diplomat pada pertemuan itu juga meminta Rusia untuk menarik pasukannya dan menyerukan mediasi untuk mengakhiri krisis. Sementara Duta Besar Rusia, Vitaly Churkin, bersikeras negaranya ingin melestarikan demokrasi, melindungi jutaan warga Rusia di Ukraina dan menghentikan ekstrimis radikal.

Lanjut Vitaly, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang digulingkan mengaku telah meminta kiriman pasukan Rusia untuk membangun legitimasi, perdamaian, hukum dan ketertiban, stabilitas, dan membela orang-orang Ukraina.

Vitaly membaca surat dari Yanukovych pada pertemuan itu. Surat itu menggambarkan Ukraina sebagai negara di ambang perang saudara, diganggu oleh kekacauan dan anarki. Namun Duta Besar AS Samantha Power mengatakan klaim Rusia tentang situasi di Ukraina tidak benar.

"Aksi militer Rusia bukanlah misi perlindungan hak asasi manusia. Ini merupakan pelanggaran hukum internasional," tutur Samantha.

Pada Senin 3 Maret, saham global merosot di tengah kekhawatiran hal-hal yang bisa lebih buruk, dan diplomat memahami cara untuk menghentikan situasi memburuk.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menyebut situasi krisis ini paling serius di Eropa, dari abad ke-21. Presiden AS Barack Obama mengatakan, Amerika Serikat sedang memeriksa serangkaian langkah-langkah ekonomi dan diplomatik untuk mengisolasi Rusia. Ia juga meminta Kongres untuk bekerja dengan pemerintahannya untuk menyediakan paket bantuan ekonomi untuk Ukraina.

Ketegangan Meningkat

Di Crimea, tentara Rusia yang tiba semakin banyak, banyak pos-pos militer dan fasilitas lainnya dan mengambil kontrol yang efektif dari kawasan di semenanjung itu dari otoritas Ukraina. Meski apa yang akan mereka lakukan selanjutnya masih belum jelas.

Analis mengatakan kepada CNN, kehadiran pasukan itu tampaknya tumbuh dari pasukan Rusia di Crimea berarti ada risiko ketegangan yang bisa meningkat. Dalam satu insiden tak menyenangkan, juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Seleznyov mengatakan komandan armada Laut Hitam Rusia sempat menaiki kapal perang Ukraina yang diblokir dan mengeluarkan ancaman.

"Bersumpahlah pada kesetiaan pihak berwenang Crimea yang baru, atau menyerah, atau menghadapi serangan," ungkap Vladislav menirukan perkataan komandan armada Laut Hitam Rusia itu.

"Tapi juru bicara Armada Laut Hitam Rusia mengatakan tidak ada rencana untuk menyerang unit militer Ukraina di Crimea," demikian seperti diberitakan kantor berita milik pemerintah Interfax.

Seorang pejabat Crimea melaporkan, menggambarkan situasi di Crimea saat dalam kondisi tenang. Meski banyak pasukan militer Rusia. Dan saham negara itu jatuh di seluruh dunia. Dengan saham Rusia memimpin.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki mengatakan pada hari Senin 3 Maret, bahwa sanksi terhadap Rusia tidak hanya mungkin tapi kemungkinan bisa diberikan.

Di Kiev, Perdana Menteri interim Arseniy Yatsenyuk yang telah menuduh Moskow menyatakan perang, bersumpah bahwa pemerintahan yang berhaluan Barat itu tidak akan menyerahkan wilayah tersebut.

"Tak seorang pun akan melepaskan Crimea. Tidak ada alasan untuk penggunaan kekerasan terhadap warga sipil dan Ukraina, dan bagi masuknya kontingen militer Rusia. Rusia tidak pernah punya alasan dan tidak akan pernah. Pemerintah baru Ukraina tak akan pernah goyah, telah memobilisasi pasukan dan memanggil cadangan militer," ucap Arseniy.

Penuh Pasukan Militer

Penjaga perbatasan Ukraina pada hari Senin 3 Maret melaporkan terjadi penumpukan kendaraan lapis baja di dekat perbatasan Rusia dan Crimea. Demikian dilansir Reuters mengutip seorang juru bicara penjaga perbatasan.

Penjaga itu mengatakan bahwa kapal-kapal Rusia telah bergerak ke dalam kawasan Crimea, dan sekitar Kota Sevastopol. Di mana Armada Laut Hitam Rusia berada.

Pasukan Rusia juga telah memblokir layanan telepon seluler di beberapa daerah. Penumpukan armada Rusia berada di dekat pelabuhan feri di sisi Rusia dari Kerch Channel, di seberang kota Ukraina Kerch.

Sementara itu, penjaga perabtasan Ukraina mengatakan telah terjadi beberapa serangan terhadap pos perbatasan di Crimea timur. Di sepanjang perbatasan dengan Rusia.

Juga pada hari Minggu 2 Maret malam, orang-orang bersenjata tak dikenal mencoba memasuki gudang senjata di pangkalan militer dekat Belbek Sevastopol, beber Vladislav.

Pasukan Ukraina menembak ke udara untuk memperingatkan mereka untuk pergi, tapi orang-orang tak dikenal menggunakan granat dan seorang komandan Ukraina terluka sebagai akibatnya.

Para penyerang memperoleh akses ke markas keamanan itu, tetapi pasukan Ukraina mempertahankan kontrol markas senjata dan gedung administrasi, sambung Vladislav.

Pria berpakaian sipil dengan penutup kepala dan tanda merah pada lengan, juga terlihat telah berpatroli di jalan-jalan ibukota regional, Simferopol. Daerah di mana beberap demonstrasi pro-Rusia terjadi. "Terima kasih, Putin," teriak kerumunan warga sambil mengibarkan bendera Rusia. (Ismoko Widjaya)

Baca juga:

DK PBB Bersidang Darurat Bahas Krisis Ukraina

Di Atas Kertas, Milter Rusia Lebih Unggul dari Ukraina

Berikan Dukungan, Menlu AS `Terbang` ke Ukraina Besok

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini