Sukses

Tanpa Tekanan PBB, Israel Pantang Mundur

Tak adanya kata sepakat dunia, membuat gempuran Israel ke Lebanon terus berlanjut hingga Kamis ini. Warga Lebanon yang semakin putus asa mencari perlindungan di rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik lainnya.

Liputan6.com, Beirut: Memasuki hari keenam belas, serangan Israel ke Lebanon menghancurkan sebuah stasiun relai radio di sebelah utara Beirut, Kamis (27/7). Pertempuran juga berlanjut di Bint Jbeil, Lebanon bagian selatan, di mana sejumlah prajurit Israel kemarin tewas. Selain itu, Kota Tyre menjadi sasaran gempuran Israel sehingga warga sipil mengungsi.

Sementara di Kota Tibnin, hampir 1.000 orang dari berbagai desa, termasuk Bint Jbeil, mencari perlindungan di rumah sakit setempat. Selain luka-luka, kebanyakan dari mereka tak lagi memiliki rumah yang utuh akibat hantaman udara tentara Negeri Zionis. Israel juga menyerang iring-iringan truk pembawa bantuan medis serta makanan sehingga memicu protes dari para dokter di Lebanon. Adapun serangan roket Hizbullah mendarat di sebuah pabrik kimia di wilayah Kiryat Shmona, Israel utara. Namun tidak ada korban jiwa.

Menyusul tewasnya empat pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam serangan udara Israel, Australia langsung menarik 12 prajurit penjaga keamanannya dari pasukan PBB. Australia beralasan, mengirimkan pasukan internasional ke Lebanon saat ini merupakan misi "bunuh diri" [baca: Krisis Israel-Lebanon Terus Memakan Korban].

Dengan tidak adanya keputusan dunia internasional yang diwakili oleh PBB untuk menghentikan serangan, pemerintah Tel Aviv seolah memperoleh lampu hijau dalam meneruskan agresinya. Bahkan Kabinet Israel telah memutuskan melanjutkan serangan terbatas ke wilayah Lebanon. Kendati belum disertai serangan darat secara besar-besaran terhadap milisi Hizbullah di Lebanon.(BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini